You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Desa Sondo
Desa Sondo

Kec. Monta, Kab. Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat

Selamat Datang di Website Resmi Pemerintah Desa Sondo Kecamatan Monta Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat #SahabatDesa, disini anda bisa mengakses informasi tentang Penyelenggaraan Kepemerintahan, Pembangunan Kawasan Pedesaan, Pemberdayaan dan Pembinaan Kemasyarakatan Desa

Sejarah Pembentukan Desa Sondo Kecamatan Monta

Administrator 20 Juli 2023 Dibaca 407 Kali
Sejarah Pembentukan Desa Sondo Kecamatan Monta

Mengenal Sejarah Pembentukan Desa Sondo Kecamatan Monta Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat

Desa Sondo adalah termasuk desa yang berusia relatif muda karena penduduknya terdiri dari gabungan beberapa suku yang datang dari berbagai desa dan kecamatan dalam daerah maupun kabupaten Dati II Bima. Mereka datang dengan tujuan untuk membuka lahan pertanian baru, karena memang wilayah ini cukup tersedia luas lahan untuk pertanian, juga kaya akan potensi alam yang dimilikinya baik yang bersumber dari tanah pegunungan, tanah dataran serta sumber dari lautnya.

Dengan memperhatikan keadaan alam seperti yang telah diuraikan di atas lalu  orang-orang datang berbondong-bondong memasuki wilayah ini serta memilih tempat tinggal yang disesuaikan dengan keahlian dan mata pencaharian mereka.

Mereka tinggal berkelompok-kelompok yang pada akhirnya menjadi perkampungan-perkampungan yang terdiri dari campuran suku asal yang bermata pencaharian sebagai  nelayan memilih tempat di pinggir pantai, yang berminat membuat kebun atau sawah memilih tempat di dataran sedangkan yang bermaksud membuat tambak memilih tempat tinggalnya dekat dengan lokasi untuk tambak.

a. Pembentukan Kampung-Kampung
1) Sekitar pertengahan tahun 1919 mulai datang rombongan orang dari desa Tangga lau menempati lokasi di SO WILAMACI yang kemudian di tempat itu dinamai kampung “WILAMACI” yaitu disekitar DORO TEMBA, kemudian menggarap tanah disitu menjadi kebun. Tidak lama berselang maka lagi menyusul  dan membaur dengan mereka yaitu orang-orang dari desa ngali dan Monta. Karena jumlah mereka semakin banyak maka sudah mulai dirasakan perlu adanya seorang pemimpin yang akan di dengar perintahnya. Setelah melalui musyawarah para pemuka yang ada pada waktu itu lalu diangkatlah Bapak UMAR DAENG HAMZAH sebagai kepala kampung Wilamaci yang pertama yang memerintah mulai tahun 1920-1934.

Pada tahun 1972 kampung Wilamaci itu dipindahkan ke lokasi yang baru yaitu SO SERA tetapi namanya masih tetap kampung Wilamaci. Adapun maksud dari pada perpindahan tersebut agar lebih dekat dengan lokasi pembjatan tambak. Setelah Bapak UMAR DAENG HAMZAH wafat lalu diganti oleh JAMALUDIN AMA BOJO yang memerintah tahun 1934–1938, yang kemudian diganti oleh BASA AMA SU mulai tahun 1938-1940.

Pemerintahan BASA AMA SU tidak berjalan lama dan akhirnya diganti lagi oleh OMBO BIN UMAR yang memegang pemerintah mulai tahun 1940-1953 dan pada saat pemerintahan beliau inilah kampung Wilamaci yang kedua dipindahkan lagi kedekat sumber mata air panas yaitu di kampung Waro sekarang.

2) Sekitar akhir tahun 1920 terdamparlah sebuah perahu  nelayan dari suku Bugis bajo kecamatan Sape di SO BIMBI yang konon cerita akibat angin taufan, lalu mereka berdua tinggal untuk sementara waktu di sana. Kemudian setelah keadaan cuaca sedikit redalalu mereka kembali ke kampungnya di Bajo Sape dengan maksud untuk mengajak sanak keluargannya pindah ke SO BIMBI dimana mereka terdampar karena tempat itu sangat memungkinkan untuk penghidupan mereka sebagai nelayan. Selanjutnya pada tahun 1921 datanglah melalui musyawarah Bapak BONDE PUA KO’O yang memangku jabatan sebagai Kepala Kampung sejak tahun 1921-1953.

3) pada sekitar akhir tahun 1921 datang pula orang –orang dari desa Teke, Monta, Ncera dan lain-lain lalu memilih tempat tinggal mereka di SO SAFAHU yang kemudian dipindahkan lagi ke lokasi baru yaitu di kampung Sondo Sekarang.

Adapun yang memegang pemerintahan sebagai Kepala Kampung pada waktu itu berturut-turut.
a) Habi Baba Elo dari Thaun 1922 – 1930
b) Saleh Ama St. Maryam dari tahun 1930-1936
c) Abubakar  bin Saleh dari tahun 1936 – 1942 \
d) Sene bin Udu dari tahun 1942 – 1949
e) Ismail Ama Leri dari Tahun 1949 – 1953

4) Menyusul kemudian yaitu pada tahun 1935 datang pula orang-orang yang dari Desa Waworada yang memilih tempat tinggal mereka di SO NANGA PARIA tetapi masih dibawah pemerintahan kepala kampung Sarae Me’e. Yang ada di di Nanga Paria itu hanya wakil kepala kampung Sarae Me’e yaitu Bapak M.Saleh Ama Siti. Kampung Nanga Paria semakin banyak orang karena datang dari orang-orang Desa Sumi Kecamatan Sape dan Dari Desa Bre Kecamatan Belo.

5) Pada pertengan Tahun 1951 datang pula orang dari Desa Tangga dalam jumlah yang cukup besar dan kemudian sebagan dari mereka melilih tempat di SO OI FO’O yang kemudian bernama Tangga Baru sedang yang sebagian lagi tinggal di SO OI KANTIMU yang kemudian bernama Tangga  Ombo dan di Rontu. Adapun yang menjabat sebagai Kepala kampung di Tangga Baru ialah Bapak Adam Sulaiman sedangkan di Tangga Ombo adalah Bapak DRAHI DAENG HADIJAH kemudian di Rontu bapak M.saleh BABA MANSYUR.

6) Sebagi rombongan yang terakhir adalah orang dari Desa Ngali Kecamatan Belo dan sekarang bertempat tinggal Di Oi Ongge (Ngali Baru) dibawah pimpinan DEPA AMA SALMAH. Demikian latar belakangya sehingga Desa Sondo yang sekarang terdiri atas gabungan 7 (tujuh) buah kampung/dusun yang letaknya terpisah-pisah.

7) Walaupun di tiap-tiap kampung itu telah ada pemimpin yang diangkat mereka masing-masing dan ternyata dalam pergaulan sehari antara masyarakat satu kampung dengan masyarakat kampung lain tetap terjalin dengan baik, namun di balik itu semua ada terselip rencana para tokoh masyarakat di tiap-tiap kampung untuk melaksanakan suatu rencana atau pekerjaan yang lenih besar yang akan mengah trakan rakytanya ke tingkat penghidupan yang lebih baik dimasa datang yaitu dengan merubah sistim pertanian, berladang yang berpindah-pindah menjadi sistme pertanian menetap dengan jalan membukan lahan area persawahan baru. Untuk maksud itulah maka pada suatu saat seluruh kepala – kepala kampung serta tokoh masyarakat yang ada berkumpul dan mengadakan musyawarah yang akan mengkoordinir pemerintahan di wilayah ini membawahi kepala kepala kampung yang ada dan akhirnuya dengan  suara bulat diangkatlah H. YASIN BIN MONTA (Abu Jija) sebagai gelaran gabungan Sondo Sarae Me’e yang pertama dan memerintahkan dari tahun 1953 – 1968, berkedudukan di Sondo. Pada awal masa jabatan Bapak H. YASIN BIN MONTA Alias ABU JIJA segera satu rencana kerja dalam usaha memulai untuk membuka lahan perswahan baru untuk masud tersebut beliau membentuk panitia yang disebut pembagi tanah yang dikoordinir langsung oleh beliau serta dibawah pengawasan Jeneli IBRAHIM.
Adapun susunan panitia tersebut terdiri dari:
a) Abdollah A.Rahman Untuk Ketua Rayon Sondo
b) Ombo Bin Umar untuk ketau rayon waro
c) Adam Sulaiman untuk Ketua Rayon Tangga Baru
d) Drahi Dang Hadijah untuk ketua rayon TANGGA Ombo.
Atas kerjasama dan usaha keras dari semua pihak serta dengan bermodalkan ketekunan dan semangat yang tinggi dan terwujudllah tanah-tanah sawah yang ada sekarang.

b. Pembentukan Desa
1. Berdasarkan pertauran pemerinah daerah kabupaten Dati II Bima,maka pada tahun 1968 diadakan pemilihan kepala desa yang pertama kali, sedangkan yang tampil sebagai calon kepala desa adalah :
a) M. Sidik Adam
b) M. Thair Sahrir
c) Zain H. M.Nur
Setelah dilakukan perhitungan suara ternyata yang memperoleh suara yang terbanyak adalak M. Sidik Adam dan kemudian dilantik guna memangku jabatan selama periode 1968-1973 selaku sebagai kepala Desa Sondo Sarae Me’e.

2. Pada Tahun 1973 dilaksanakan lagi pemilihan Kepala Desa yang kedua kalinya dimana tampil sebagai calon sebanyak 3 orang yaitu :
a) H. Zein H. M.Nur
b) H. Abbas Ahmad
c) Muridan
Pada akhirnya ternyata dimenangkan oleh H. Zein  H. M.Nur yang meraih suara terbanyak  untuk kemudian dilantik sebagai kepala desa Sondo / Sarae Me’e 1973 –1978 .

3. Pada tahun 1978 dirasakan pula pemilihan kepala desa Sondo/ Sarae Me’e yang ke tiga dimenagkan kembali M. Sidik Adam setelah meraih kemengan atas 2 orang calon lainnya yaitu :
a) Muhammad M. Amin
b) A. Bakar H. Muhammad
Masa jabatan M. Sidik Adam untuk 5 tahun berikutnya tidak dapat terlaksana sebagai  mana mestinya karena pada tanggal 2 Januari 1980 diganti oleh Hamzah H. Mansyur yang diangkat sebagai pejabat sementara sambil mengadakan persiapan untuk melaksanakan pemilihan kepala desa yang definitif.

4. Pada tanggal 14Agustus 1982 tampil sebagai calon tunggal dalam pemeilihan kepala desa sondo yang keempat kalinya yaitu SYAMSUDIN IBRAHIM dan akhirnya dpaat meraih suara terbanyak untuk dilantik sebagai kepala desa sondo

5. Karena berdasarkan ketetuan lebih lanjut dari pemerintah maka dilaksanakn pula pemilihan kepala desa yang kelima pada tanggal 28 Agustus 1985 yang dimenagkan kembali oleh Syamsudin Ibrahim atas calon yang lain yaitu A.BAKAR H. MUHAMMAD untuk masa jabatan berikut nya tahun 1985-1992.

6. Karena berdasarkan ketentuan lebih lanjut dari pemerintah maka dilaksanakan pula pemilihan kepala desa yang keenam pada Tahun 1993 yang dimenangkan oleh A. BAKAR H. MUHAMMAD untuk masa jabatan berikutnya tahun 1993-1999 atas calon lain yaitu M. SALEH IBRAHIM. Namun di pertengahan periode tidak dapat terlaksana sebagaimana mestinya, lalu dijabat oleh H. MAMAN H. ISHAKA dari Tahun 1997 sampai Tahun 1999.

7. Kemudian pada Tahun 1999 diadakan Pemilihan Kepala Desa yang ketujuh. Adapun sebagai Calon Kepala Desa antara lain, 1. M. JAFAR USMAN, 2. YUDRAN H. MUHIDIN, 3. ARSYAD BAKAR, 4. M. ALI HUSEN, 5. KISMAN, 6. SITI GAMALA, 7. JUFRIN H. ABBAS, 8. M. YAMIN ARSYAD, 9. M. SALEH ALWI, 10. M. SALEH IBRAHIM, 11. JUNAIDIN IBRAHIM, 12. ARASYID ABIDIN, karna pada saat itu masih berlaku sistem screaning test, lalu dimenangkan oleh M. JAFAR USMAN dengan periode 1999 sampai 2006. Namun di pertengahan periode tidak dapat terlaksana sebagaimana mestinya, lalu dijabat oleh YUSUF HUSEN dari Tahun 2002 sampai Tahun 2003.

8. Kemudian pada Tahun 2003 diadakan lagi Pemilihan Kepala Desa yang kedelapan. Adapun sebagai Calon Kepala Desa antara lain, 1. M. SALEH IBRAHIM, 2. ARSYAD BAKAR, 3. A. RASYID, 4. JUFRIN H. ABBAS lalu dimenangkan oleh M. SALEH IBRAHIM periode 2003 sampai 2007.

9. Selanjutnya pada Tahun 2007 dilakukan Pemilihan Kepala Desa Sondo yang kesembilan untuk periode 2007 - 2013, dimenangkan kembali oleh M. SALEH IBRAHIM atas calon 1. ILYAS MUHAMAD, 2. SIRAJUDIN H. ABBAS, 3. RUSLAN ABDOLLAH.

10. Pada tahun 2013 dilakukan lagi Pemilihan Kepala Desa Sondo yang kesepuluh, adapaun calon antara lain: 1. EDI SUHARJO, S. Sos, 2. SULAIMAN, S. Sos, 3. SUAEB M. ALI, 4. SIRAJUDIN H. ABBAS, dimenangkan oleh EDI SUHARJO, S. Sos, masa jabatan periode 2013 – 2019.

11. Tahun 2019 diadakan kembali pemilihan kepala desa yang kesebelas, adapun calon antara lain: 1. MUHAMMAD, SH, 2. SIRAJUDIN H. ABBAS, 3. EDI SUHARJO, S. Sos, dan dimenangkan oleh SIRAJUDIN H. ABBAS untuk periode 2020 – 2026.
c. Perubahan Geografis
Perkembangan dan perubahan yang menonjol dari geografis letaknya adalah sebagai berikut:
1. Kampung Nanga Paria telah dipindahkan ke lokasi yang baru yaitu di Tanjung Baru pada tahun 1976.

2. Kampung Sarae Me’e dipindahkan ke lokasi yang baru yaitu di Tanjung Mas untuk tahap pertama pada tanggal 23 Juli 1983 sedangkan untuk tahap kedua dipindahkan pada tanggal 2 Agustus 1986.

d. Pengertian Kata-Kata Tempat
Tempat-tempat perkampungan yang ada yaitu antara lain sebagai berikut:
1. WILAMACI : Terdiri dari kata
Wila  = Dilak (nama pohon)
Maci = Manis
Ada sebuah pohon dalam Bima bernama Wila dan buahnya terasa manis.

2. SONDO : Berasal dari Bahasa Arab yaitu Sundus yang artinya Mutiara atau permata dan keindahan. Jadi terkandung pengertian bahwa Sondo itu kaya dalam arti luas serta mengandung unsur keindahan.

3. WARO : Terdiri dari kata yang disingkat yaitu:
WAR   = Waru = Delapan
O = Oi = Air
Waro berarti delapan buah mata air. Dan kenyataannya bahwa di Waro itu terdapat delapan buah sumber  mata air dan satu diantaranya adalah sumber mata air panas.

4. SARAE ME'E : Terdiri dari kata:
Sarae = Pasir
Me'e = Hitam
Sarae Me’e berarti pasir hitam dan memang dipinggir pantainya itu terdapat pasir yang berwarna hitam.

5. NANGA PARIA : Terdiri dari kata:
Nanga = Sungai
Paria = Paria
Nanga paria berarti sungai/tempat yang ditumbuhi oleh pohon paria.

6. TANGGA BARU : Tempat tinggal orang-orang dari desa Tangga yang datang membuka persawahan baru.

7. TANGGA OMBO : Tempat tinggal orang-orang dari Desa Tangga yang datang membuat ombo (ombo artinya tambak).

8. TANJUNG MAS : Tempat pemukiman masyarakat Sarae Me’e.

2.2.1 Sejarah Pemerintah Desa Sondo
Desa Sondo sejak dulu memiliki semangat gotong royong yang tinggi dalam rangka mewujudkan pembangunan yang mengarah pada peningkatan dan perkembangan hidup masyarakat desa. Berikut ini nama-nama tokoh yang pernah memimpin desa Sondo di antaranya:
a. Yasin Bin Monta (Gelarang)
b. M. Sidik Adam
c. H. Zein H. M.Nur
d. M. Sidik Adam
e. Hamzah H. Mansyur (PJS)
f. H.Syamsuddin Ibrahim
g. M.Yusuf Husen (PJS)
h. Abubakar H. Muhammad
i.  H, Maman H. Ishaka (PJS)
j.  M. Jafar Usman, SH
k. M. Saleh Ibrahim
l.  Edi Suharjo, S.Sos,
m. Sulaiman, S.Sos (Plt)
n. M. Yamin Arsad, S.Sos (Pj)
o. Sirajudin (Sampai sekarang).

Kondisi diperoleh bagaimana gambaran tentang Desa Sondo, maka informasi dan data termuat berikut ini diharapkan dapat digunakan oleh semua pihak yang ingin mengenal lebih jauh tentang Desa Sondo.

Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image